Ranu Kumbolo, Trip Menggapai Surga Semeru

Ranu Kumbolo sebenarnya sudah menjadi tujuan traveling yang kami rencanakan sejak 2 bulan sebelumnya, diawali dengan seorang kawan yang memperkenalkan saya dengan salah satu anggota team Sahabat Volunteer Semeru (SAVER) yaitu Cak Sukaryo, atau biasa dipanggil Cak Yo. Cak Yo adalah pemilik dari Passemeru Adventure yang merupakan penyedia jasa wisata khususnya di area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sejak inilah saya sekeluarga terdiri dari istri dan 3 anak saya mulai merencanakan pendakian Gunung Semeru. Awalnya kami agak ragu, apakah Rangga anak kami yang paling kecil sanggup untuk ikut mendaki, namun akhirnya kami berencana untuk tetap mengajak Rangga untuk ikut mendaki gunung. Sejak saat itu saya mulai sering bertanya kepada Cak Yo mengenai prosedur dan persyaratan untuk mendaki Gunung Semeru. Semua persyaratan dan kebutuhan pun kami persiapkan, mulai dari tiket pesawat, persiapan perlengkapan, pengajuan izin cuti dan lain-lain. Sedangkan untuk transportasi menggunakan kendaraan Jeep untuk menuju Ranu Pani, homestay dan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) pendakian Gunung Semeru dibantu oleh Cak Yo. Karena rencana pendakian ini akan sangat membutuhkan kesiapan fisik yang prima, kami juga mulai menjaga kebugaran dengan cara berolah raga saat weekend. Sayangnya saya hanya mendapatkan 1 hari izin cuti dari perusahaan tempat saya bekerja, maka kami putuskan untuk mendaki Gunung Semeru hanya sampai di Ranu Kumbolo yang memiliki ketinggian 2,400 mdpl saja. Puncak Gunung Semeru sendiri memiliki ketinggian 3,676 mdp dan merupakan gunung tertinggi di pulau Jawa.

Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, kami menggunakan penerbangan malam hari menuju ke Surabaya, sebenarnya untuk menuju ke pendakian Gunung Semeru lebih dekat jika melalui bandara Malang, namun kebetulan kami hanya mendapatkan tiket melalui bandara Surabaya. Sehingga dari Surabaya kami harus menggunakan transportasi mobil lagi untuk menuju kecamatan Tumpang, Malang. Dari kecamatan Tumpang inilah biasanya para wisatawan yang ingin ke Gunung Bromo atau para pendaki Gunung Semeru memulai perjalanan. Sampai di Tumpang, waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari, untungnya Cak Yo sudah mengatur pemesanan kamar homestay untuk kami sebelumnya. Mas Fajar yang merupakan pemilik kendaraan jeep yang akan mengantar kami sudah menyambut kami di homestay tersebut. Malam itu kami bermalam untuk beristirahat di homestay tersebut. Di Tumpang ini memang tidak ada hotel, namun banyak sekali homestay yang bisa dijadikan transit para wisatawan yang ingin berkunjung ke Gunung Bromo atau Gunung Semeru.

Perjalanan Menuju Ranu Pani

Pagi hari kami semua bersiap-siap untuk menuju ke Ranu Pani, yaitu desa terakhir di Kabupaten Senduro, Kecamatan Lumajang yang menjadi desa terakhir yang dapat dijangkau dengan kendaraan jika kita akan mendaki gunung Semeru. Semua perlengkapan mendaki kami packing pada satu ransel dan satu backpack. Untuk tenda, sleeping bag dan bahan-bahan makanan kami gunakan jasa porter yang juga sudah diurus oleh Cak Yo. Mas Fajar yang akan mengantar kami ke Ranu Pani sudah menunggu di Homestay yang kami tempati sejak jam 7:00 pagi dengan kendaraan jeep four wheel drive-nya. Tepat jam 9:00 pagi, akhirnya jeep mulai bergerak menuju Ranu Pani namun sebelumnya harus mampir dulu ke salah satu klinik kesehatan di desa Tumpang karena kami harus membuat surat keterangan sehat untuk semua anggota keluarga. Untuk mendaki gunung Semeru ini memang harus mematuhi persyaratan yang cukup ketat, selain surat keterangan sehat yang harus dibuat maksimal 1 hari sebelumnya, banyak pula persyaratan lainnya seperti mendapatkan SIMAKSI yang didaftarkan secara online, perlengkapan yang cukup sesuai dengan prosedur pendakian yang telah ditentukan, perbekalan yang cukup dan lain-lain. Oh ya…satu lagi persyaratan mengenai umur para pendaki minimal adalah 10 tahun, Rangga adalah anak kami yang paling kecil, kebetulan baru saja genap berumur 10 tahun.

Perjalanan menuju Ranu Pani dengan jeep memakan waktu kurang lebih 2 jam, Mas Fajar dengan lincah mengemudikan jeep miliknya. Untuk menuju desa Ranu Pani memang sangat dianjurkan menggunakan kendaraan four wheel drive, karena selain kontur tanah yang terjal, kondisi jalan juga tidak seluruhnya dalam kondisi bagus. Kanan kiri jalan banyak terdapat jurang yang dalam, terkadang mobil harus berjalan perlahan apalagi ketika berpas-pasan dengan jeep lainnya yang berlawanan arah. Untuk dapat mengemudikan jeep menuju Ranu Pani ini memang harus memiliki skill mengemudi di jalan extrim dan harus sudah terbiasa. Arah perjalanan menuju Ranu Pani sebenarnya sama dengan arah menuju ke Pananjakan Gunung Bromo, namun di di pertigaan Jemplang untuk ke Gunung Bromo belok ke kiri, sedangkan untuk mendaki Gunung Semeru mengambil jalur kanan. Pertigaan Jemplang ini memiliki panorama yang sangat indah, background Gunung Bromo yang ditutupi sedikit kabut tipis sangat eksotis untuk berfoto. Di tempat ini kami sempat beristirahat sebentar dan makan bakso Malang sambil menikmati pemandangan.

Tepat jam 12.00 siang, kami tiba di Ranu Pani. Ranu Pani sejatinya adalah sebuah objek wisata berupa danau yang berada di desa yang memiliki nama yang sama dengan nama danau ini dengan ketinggian 2,100 mdpl. Warga di Ranu Pani kebanyakan adalah warga suku Tengger yang merupakan suku keturunan kerajaan Majapahit dan kebanyakan berprofesi sebagai petani atau porter yang membawakan barang para pendaki yang ingin mendaki Gunung Semeru. Suhu di Ranu Pani kadang-kadang bisa mencapai -5 derajat celcius saat musim kemarau. Berdasarkan cerita dari warga sekitar saat kondisi paling dingin tersebut, embun yang menempel di kebun-kebun pertanian kadang menjadi membeku. Kondisi itulah yang sangat ditakuti warga, karena berpotensi membuat gagal panen. Danau Ranu Pani ini memiliki ukuran hampir 1 hektar, namun di beberapa bagian sisinya banyak ditutupi oleh gulma berupa tanaman Salvinia Molesta. Di daratan sisi danau juga banyak terdapat tanaman gulma ini yang sudah kering hasil dari kerja bakti warga dalam rangka bersih-bersih untuk menjaga keindahan Ranu Pani.

Memulai Pendakian ke Ranu Kumbolo – Gunung Semeru

Pendakian gunung semeru
Team lengkap dengan latar belakang Gn. Semeru

Setelah sholat zhuhur di Masjid Baiturrohim yang merupakan satu-satunya masjid di Ranu Pani, kami menyusuri pinggir danau untuk menuju ke Pos Penjagaan. Sebelum mendaki Gunung Semeru, para pendaki memang harus melewati pos ini dulu untuk mendaftaran diri, pemeriksaan persyaratan dan briefing pembekalan. Di pos penjagaan, Cak Rizky atau biasa dipanggil Cak Kid yang akan menjadi guide kami selama pendakian sudah menunggu, Cak Yo memang sudah mengabarkan sebelumnya bahwa dia tidak bisa menemani kami karena sudah berangkat terlebih dahulu bersama team lain. Team porter yang membawakan tenda, sleeping bag dan bahan makanan sudah berangkat lebih dahulu sejak pagi hari agar dapat mempersiapkan segalanya di camp Ranu Kumbolo. Cak Kid dan Cak Yo sendiri sebenarnya adalah Ketua Pelaksana dan Wakil Ketua dari komunitas relawan SAVER (Sahabat Volunteer Semeru) yang mengelola aktivitas pendakian dan pelestarian Gunung Semeru yang langsung bernaung di bawah Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS). Mereka juga yang biasa memberikan briefing dan pembekalan kepada para pendaki tentang peraturan-peraturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama pendakian. Satu hal yang ditekankan pada saat briefing adalah semua pendaki harus menjaga kelesatarian alam, tidak merusak dan membawa kembali sampah turun ke bawah. Hal itu memang sangat benar, coba saja dibayangkan jika setiap pendaki membawa satu kantong plastik sampah dan tidak membawanya turun, bisa jadi kawasan Gunung Semeru sudah menjadi tempat pembuangan sampah, tidak lagi cantik dan indah untuk dijadikan tempat berfoto.

Setelah melakukan pendaftaran, prosedur pemeriksaan dan briefing pembekalan, jam 13:00 kamipun memulai pendakian dipimpin oleh Cak Kid. Perjalanan dari pos pemeriksaan menuju ke Ranu Kumbolo berjarak kurang lebih 10.5km melalui Landengan Dowo dan Watu Rejeng. Ada 4 pos yang harus dilalui, perjalanan menuju Landengan Dowo memakan waktu kurang lebih 2 jam dan masih belum terlalu terjal, berupa jalan setapak menyusuri batu paving datar yang menanjak landai melewati pos 1 dan pos 2. Dari Landengan Dowo menuju ke Watu Rejeng yang berjarak 3 km memakan waktu kurang lebih 1 jam melalui jalan setapak berupa jalan tanah dan sudah memasuki hutan yang cukup lebat namun masih tetap tidak terlalu curam. Area Watu Rejeng adalah sebuah lembah dengan sisi tebing batu dan jurang dalam pada sisi lainnya, sepanjang perjalanan para pendaki tak henti-hentinya disuguhi pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan. Di kawasan Watu Rejeng jalur akan melewati 2 jembatan kayu berwarna merah, jembatan pertama biasa disebut jembatan Jani’ yang diambil dari nama mandor yang membangun jembatan tersebut, sedangkan jembatan kedua biasa disebut jembatan merah. Kedua jembatan ini dibangun oleh para warga sekitar Ranu Pani karena jalan di jalur sebelumnya terjadi longsor. Pendakian tidak terasa lelah karena sepanjang pendakian kami iringi dengan senda gurau. Banyak sekali pelajaran yang didapatkan oleh anak-anak kami dari pendakian ini seperti bagaimana bunga edelweis tumbuh di Gunung, flora dan fauna yang terdapat di Gunung Semeru dan pengetahuan tentang alam lainnya, ketiga anak kami tak henti-hentinya bertanya tentang alam dan Gunung Semeru, Cak Kid pun dengan sabar menjawab dan menjelaskan setiap pertanyaan tersebut.

Pendakian Gunung Semeru
Padang Savana di Sisi Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo
Foto di depan Ranu Kumbolo Gn. Semeru
Pendakian Gunung Semeru
Puncak Mahameru di kejauhan
Pendakian Gunung Semeru
Negeri di atas awan

Trip kali ini memang sudah dipersiapkan dengan matang oleh Cak Yo dan Cak Kid, bekal makanan sudah disiapkan oleh Cak Kid sehingga di pos 3 kita sempat makan bersama untuk sekedar mengisi energy sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah pos 3 ini adalah trek pendakian yang paling berat, jalan tanah menanjak curam dan cukup membuat napas tersenggal. Walaupun sangat melelahkan, namun di kawasan ini puncak Mahameru yang cantik sudah mulai terlihat di kejauhan, kadang terlihat asap putih yang bergerak keluar dari kawah puncaknya terlihat sangat dramatis. Setelah trekking kira-kira 1 jam akhirnya kami menjumpai pos 4. Jalan dari sini menuju Ranu Kumbolo sudah tidak lagi menanjak, namun mulai menurun cukup curam. Di kawasan ini, hamparan danau Ranu Kumbolo sudah mulai terlihat, perbukitan savana di sekeliling Ranu Kumbolo juga menambah eksotis danau tersebut, wajar kawasan ini disebut surganya Gunung Semeru. Perjalanan masih belum selesai, karena area mendirikan tenda yang diperbolehkan berada di sisi Barat danau, artinya pendaki harus menyusuri jalan setapak di sisi danau untuk mencapai area tersebut. Waktu sudah menunjukan pukul 18:00 dan hari sudah mulai gelap, perjalanan kami lanjutkan dengan bantuan penerangan senter.

Akhirnya pukul 18:30 kami tiba di Ranu Kumbolo, pemandangan di Ranu Kumbolo pada malam hari tidak kalah cantiknya dengan di siang hari. Gugusan bintang di langit sangat terlihat dengan jelas, pemandangan ini yang tidak bisa kita dapatkan di kota. Suhu di lokasi juga sudah sangat dingin, perkiraan kami suhu di malam itu sekitar 5 derajat celcius. Untungnya tenda sudah dipersiapkan oleh team porter. Di sana kami diperkenalkan dengan Rizal (Gojel) dan Hendra (Gondres), mereka berdua adalah teman-teman porter dan chef yang membantu kami membawakan perlengkapan tenda, sleeping bag dan mempersiapkan makanan. Setelah makan malam bersama dengan menu yang dipersiapkan oleh Gondres, tak banyak yang kami lakukan, udara yang sangat dingin membuat kami enggan untuk keluar dari tenda.

Pendakian Gunung Semeru
Pemandangan Ranu Kumbolo pagi hari
Pendakian Gunung Semeru
Ranu Kumbolo
Pendakian Gunung Semeru
Trip kali ini benar-benar dimanjakan, makanan yang disiapkan oleh Gondres sungguh menggugah selera
Pendakian Gunung Semeru
Berfoto sebelum turun gunung dengan latar belakang Tanjakan Cinta

Pemandangan di pagi hari keesokan harinya di Ranu Kumbolo adalah pemandangan menakjubkan yang akan sulit ditemui di tempat lain. Matahari pagi muncul dari celah kedua belah bukit yang berada di sisi Timur Ranu Kumbolo, warna biru kehijauan air danau yang dikelilingi oleh savana hijau kekuningan membuat panoramanya semakin indah dan dramatis. Di tempat yang indah inilah saat yang sangat tepat untuk bersyukur kepada Allah Sang Pencipta karena kita masih dapat memuji kebesaran dan kemegahan ciptaanNya. Keindahan dan kelestarian alam Gunung Semeru inilah yang menggugah hati team relawan SAVER untuk berinisiatif mengelola kawasan ini, salah satunya adalah dengan cara menerapkan peraturan-peraturan bernilai positif untuk para pendaki. Jangan sampai kita para pendaki yang justru merusak kelestarian alam Gunung Semeru karena keturunan dan anak cucu kita nanti juga tetap berhak untuk melihat kemegahan ciptaan Allah ini. BAWA SAMPAHMU TURUN KEMBALI adalah salah satu slogan yang selalu dikampanyekan oleh team relawan SAVER untuk menghindari menumpuknya sampah di Gunung Semeru.

Sayangnya kami tak punya banyak waktu untuk dapat melanjutkan perjalanan sampai ke puncak Mahameru, sehingga jam 10:00 pagi kami harus kembali turun. Namun kami sekeluarga berencana bahwa suatu saat nanti akan mengulangi pendakian ini sampai ke puncak Mahameru. Tunggu cerita selanjutnya di blog garisbatas ini

Lihat juga Video kami saat pendakian ke Ranu Kumbolo Gunung Semeru:



Baca Juga

Comments

  1. best nyaaaaaaa!!!!! tiba-tiba teringin nak daki gunung di sana.... saya memang suka permandangan yang cantik. rasa tenang je...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali Mba, kalau lihat pemandangan indah hati terasa tenang dan bisa lebih mensyukuri nikmatNya

      Delete
  2. Replies
    1. Udah saya pasang button follownya di footer Mba, masih sedikit followersnya krn baru dipasang hehehehehehe

      Delete
  3. Wah jadi kangen minum kopi pagi2 di pinggiran ranukumbolo. Apalagi dengan kondisi gak ada sinyal, tenang.

    ReplyDelete