Curug Cikaso, Fakta Mencekam Dibalik Keindahannya

Curug Cikaso yang diceritakan seorang teman di kantor ketika istirahat makan siang membuat saya penasaran untuk segera mengunjunginya, sebab katanya curug ini adalah air terjun terindah yang pernah dia temui selama dia mengunjungi banyak air terjun yang ada di Jawa Barat, akhirnya saya bersama keluarga memutuskan untuk membuktikan kata-kata yang disebutkan oleh teman tadi. Minggu jam 3.30 dini hari, saya bersama keluarga memulai perjalanan menuju Curug Cikaso yang merupakan salah satu tempat wisata Ujung Genteng. Sengaja kami memulai perjalanan dini hari tersebut karena berdasarkan perhitungan waktu dan jarak di Google Maps, perjalanan dari lokasi kami di Depok membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam menuju Curug Cikaso. Saya berpendapat bahwa jika ingin wisata air terjun yang maksimal maka datanglah di pagi hari karena selain masih sepi dari wisatawan lain, jika tidak mendung cahaya matahari pagi juga sangat bagus untuk berfoto di lokasi air terjun. Jalur yang kami lewati adalah menuju Pelabuhan Ratu, lalu belok kiri di pertigaan Cidadap yang menuju ke arah Ujung Genteng. Sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan yang sangat indah. Mulai dari garis pantai yang dilihat dari posisi ketinggian sampai dengan panorama gunung Salak dan Gede Pangrango dilihat dari kejauhan. Satu jam mendekati tujuan, jalannya mengecil dan agak rusak. Saya sampai tidak yakin apakah benar arah yang ditunjukan oleh Google Maps, namun setelah 2 kali bertanya kepada penduduk sekitar, akhirnya sampailah kami di tempat tujuan, yaitu Curug Cikaso. Lokasi tepatnya yaitu berada di Dusun Ciniti, Cibitung, Kec. Surade, Cibitung, Sukabumi, Jawa Barat

Curug Cikaso
Curug Cikaso

Menyusuri Sungai untuk Menuju Curug Cikaso

Tepat jam 8.30 pagi kami sampai di lokasi pintu masuk Curug Cikaso, selisih sekitar 1 jam lebih lambat dari estimasi waktu yang diberikan oleh Google Maps karena memang dipotong waktu Sholat Subuh, sarapan dan beberapa kali berhenti di mini market sepanjang perjalanan. Di pintu masuk kami harus membayar Rp. 27rb. sebagai biaya parkir kendaraan. Tempat parkir berada sekitar 200 meter dari pintu masuk tersebut. Petugas parkir sempat memperingati kami agar waspada dan berhati-hati ketika mengunjungi objek wisata ini. Hal tersebut cukup menjadi pertanyaan di benak kami, kenapa harus diperingatkan untuk berhati-hati. Tapi ya sudahlah, memang di manapun kita harus waspada dan berhati-hati. Sampai di lokasi parkir, suasana masih sangat sepi, sepertinya belum ada wisatawan lain yang berkunjung ke sini pagi itu, belum ada kendaraan lain yang terparkir di sana. Terdapat warung nasi bertuliskan ‘Warung Nasi Ibu Mimi’ yang menjual sarapan pagi, gorengan, mie instan dan berbagai kebutuhan wisatawan. Turun dari kendaraan, kami sudah disambut oleh seorang Bapak yang ternyata menawarkan jasa untuk menjadi pemandu di wisata ini. Karena ini adalah pertama kali saya berkunjung ke sini, saya terima jasa sang Bapak tersebut untuk menjadi pemandu kami selama di lokasi Curug Cikaso. Ternyata memang benar, kami adalah wisatawan pertama yang datang di hari itu, bagus bagi kami, berarti sesuai dengan rencana, supaya bisa berfoto-foto dengan leluasa tanpa ada gangguan orang lain. Itupun kami masih harus menunggu kira-kira 10 menit karena jalan menuju dermaga perahu sedang dibersihkan. Informasi dari sang Bapak Pemandu, ‘semalam habis hujan dan air sungai Cikaso pasang hingga menggenangi jalan menuju ke dermaga’.

Curug Cikaso
Jalanan becek karena setelah sungai meluap
Curug Cikaso
Dermaga kecil untuk naik turun penumpang perahu

Curug Cikaso, Keindahan dan Pusaran Arus Bawah Air Pencabut Nyawa

Curug Cikaso
Perjalanan menuju Curug Cikaso

Rupanya hanya memakan waktu kurang dari 6 menit dalam perahu hingga akhirnya sampailah kami di Curug Cikaso. Dari kejauhan sudah terdengar deru suara air dari air terjun curug ini. Ternyata benar-benar terbukti cerita yang dikatakan oleh teman saya, bahwa air terjun ini adalah air terjun yang paling indah dari semua air terjun yang ada di Jawa Barat. Sayapun setuju dengan pernyataan tersebut. Buih-buih berwarna putih akibat curahan air terjun dengan latar belakang warna hijau akibat lumut yang menempel pada dinding tebing terlihat sangat cantik dan menawan. Kolam di bawah air terjun yang berwarna hijau kebiruan disertai rimbunnya pepohonan hijau sekeliling curug menjadi daya tarik tersendiri. Sungguh merupakan salah satu maha karya terindah goresan alam ciptaan Sang Illahi.

Curug Cikaso
Curug Cikaso

Terdapat tiga air terjun berdampingan dengan ketinggian yang berbeda, paling kiri adalah curug Asepan yang memiliki ketinggian kurang lebih 67 meter, lalu di tengah adalah curug yang paling tinggi yaitu curug Meong dengan ketinggian sekitar 84 meter, dan curug paling kanan yang agak tersembunyi oleh tebing batu dengan pepohonan hijau adalah curug Aki, curug ini memiliki ketinggian sekitar 76 meter. Menurut Bapak Pemandu, wisatawan yang datang dianjurkan untuk tidak berenang sembarangan di lokasi sekitar curug Cikaso karena selain arus sungai yang deras, kolam pada curug Asepan memiliki palung dengan kedalaman kurang lebih 40 meter, kolam pada curug Meong juga memiliki palung yang bersambung dengan palung pertama, namun kedalamannya lebih dangkal, yaitu sekitar 8 meter. Akibat curahan air dari atas tebing, arus bawah sungai membentuk putaran yang kadang menarik segala sesuatu dan terjebak ke dasar palung, sangat berbahaya bagi wisatawan berenang di bawah tumpahan air terjun tersebut. Menurut Bapak Pemandu, paling sedikit, curug ini telah memakan tiga orang korban jiwa yang terjebak ke dalam pusaran arus bawah kolam hingga ke dasar palung, padahal ketiga korban tersebut bukan orang yang tidak bisa berenang. Terjawab sudah arti peringatan yang diberikan kepada kami dari petugas parkir tadi. Namun bukan berarti para wisatawan tidak bisa berenang dan bermain air di sekitar curug, masih banyak area-area yang aman untuk dapat berenang atau sekedar bermain air. Untuk itu, sangat disarankan para wisatawan menggunakan jasa pemandu agar bisa memberikan informasi, area mana saja yang aman untuk berenang.

Curug Cikaso
Wisatawan tetap dapat bermain air asal waspada dan berhati-hati

Sumber Mata Pencaharian Warga Lokal

Suasana di sekitar curug ini masih sangat alami, objek wisata ini juga masih dikelola oleh warga lokal. Adanya objek wisata ini menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar, selain dapat berjualan di sekitarnya, banyak warga yang menawarkan diri menjadi pemandu wisata dengan biaya sukarela. Berdasarkan cerita Bapak Pemandu kami, di curug tersebut dan sekitar sungai Cikaso juga banyak terdapat ikan Sidat. Ikan tersebut yang menjadi buruan warga sekitar karena memang rasanya yang enak dan harganya juga cukup mahal jika dijual. Kegiatan mencari ikan inilah awal mulanya warga lokal mengetahui adanya palung di kolam sekitar curug Cikaso, yaitu saat air sedang surut, warga lokal menangkap ikan dengan menggunakan 2 batang bambu yang masing-masing memiliki panjang kurang lebih 20 meter. Tapi sayangnya masih banyak orang yang memanfaatkan curug tersebut untuk tujuan lain, seperti mencari kekayaan atau kegiatan mistis lainnya di sekitar curug.

Demikian pengalaman kami dan informasi yang saya dapat ketika mengunjungi Curug Cikaso. Semoga bisa menjadi referensi bagi pembaca yang juga ingin mengunjungi objek wisata ini.



Baca Juga

Comments

  1. Waaah saya trakhir ke Curug cikaso ini 2011. Seinget saya blm ada dermaga gitu mas. Berarti udh berubah bangettt ya.

    Saya setuju Curug ini cantiiiik. Tapi saya sempet agak halusinasi pas di sana 😅. Lagi naik perahu dan melihat ke air, ntah mata saya yg salah atau memang bener, saya merasa lihat ular besar di dalam air. Kepalanya agak naik sedikit, tapi memang cuma sepintas, setelah itu dia seperti masuk ke dalam. Jadi saya ragu yg saya lihat beneran ular atau bukan. Cuma jujur jadi takuuut hahahahahah.

    Tapi ga nolak kok kalo kesana lagi. Memang ga ada niat berenang sih, serem aja liat debit airnya yg deras. Apalagi mengingat si ular yg benar ada atau ga 🤣

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah.........serem juga pengalamannya Mba, waktu itu pemandunya juga sempet cerita Mba, kalo di sana ada ular besar yang kadang2 muncul, tapi gak ganggu wisatawan

      Delete