Merbabu via Suwanting, Trek Ekstrim dengan Panorama Menakjubkan
Gunung Merbabu adalah salah satu gunung yang cukup menarik untuk didaki. Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting menjadi pilihan banyak pendaki, karena memiliki pemandangan yang sangat indah sepanjang jalur trek dan durasi perjalanan menuju puncaknya yang relatif singkat. Informasi tentang traveling akses jalur, fasilitas, dan lain-lain akan dibahas di sini untuk menjadi referensi pembaca garisbatas yang akan mendaki gunung ini.
Panorama di puncak Gunung Merbabu |
Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting menjadi topik utama yang akan saya ceritakan. Pendakian kali ini bukanlah pendakian biasa, kenapa...? karena pada traveling kali ini saya bersama teman-teman saya yang rata-rata sudah berumur di atas 45 tahun mencoba mendaki gunung Merbabu, apalagi sebagian besar dari kami masih merupakan pendaki pemula. Namun jalur yang kami pilih justru jalur yang paling extrim diantara semua jalur pendakian Gunung Merbabu, yaitu jalur pendakian melalui desa Suwanting. Jalur ini memang terkenal memiliki trek yang cukup terjal dan tanpa bonus, namun jalur ini memiliki pemandangan yang sangat menakjubkan sepanjang jalur trek karena melalui sisi Barat gunung, yaitu sisi yang berhadapan langsung dengan Gunung Merapi
Panorama dari puncak Triangulasi Gn. Merbabu |
Pendakian kali ini memang sudah direncanakan beberapa bulan sebelumnya, namun karena kami masih aktif bekerja di salah satu perusahaan, cukup sulit mencari waktu yang tepat agar semuanya bisa berbarengan mengambil cuti, selain itu situasi pandemi Covid-19 juga menyebabkan beberapa jalur pendakian masih belum dapat dilalui. Awalnya beberapa dari kami agak ragu dalam memilih trek yang akan kami lalui, setelah membaca dari beberapa referensi di internet, kami dapatkan jalur Suwanting adalah jalur yang paling extrim, apalagi mengingat kami semua sudah tidak muda lagi hahahahaha. Namun salah satu anggota team yang menjadi leader pada pendakian ini (Pak Usman) meyakinkan bahwa kita semua masih mampu melakukan pendakian melalui jalur Suwanting yang akhirnya kami semua sepakat untuk mencoba jalur ini. Sebelum pendakian, Pak Usman sebagai leader team sudah mengumpulkan semua informasi terkait pendakian, mulai dari kondisi jalur yang akan dilalui, jumlah POS, sumber air, durasi treking, perlengkapanyang harus dibawa, bekal makanan, dan segala suatunya sudah dipersiapkan dengan sangat matang. Hal ini yang membuat kami semua yakin bisa melalui jalur ini. Oh iya.....walaupun kami semua sudah berumur di atas 45 tahun, namun kami semua masih aktif dan rutin berolahraga.
Team lengkap saat mulai pendakian |
Saat tiba waktu yang ditunggu-tunggu, kami memulai perjalanan dari Jakarta. Menuju ke basecamp Suwanting cukup mudah dijangkau, lokasinya ada di dusun Suwanting dekat objek wisata Ketep Pass. Beberapa rekan ada yang menggunakan kendaraan sendiri, adapula yang berangkat bersama-sama menggunakan kendaraan sewa. Yang jelas sebelum pendakian kami semua berkumpul jam 6 pagi di rumah mas Dwi sebagai basecamp pendakian. Mas Dwi yang merupakan penduduk asli desa Suwanting adalah orang yang membantu kami dalam pengurusan proses perizinan SIMAKSI melalui online (https://tngunungmerbabu.org), penyiapan perlengkapan termasuk juga basecamp yang menjadi tempat kami berkumpul. Sayangnya saat pendakian, Mas Dwi tidak ikut serta karena dalam kondisi kurang sehat, namun kami ditemani oleh Mas Joko beserta 4 orang team porter yang merupakan anggota team dari Mas Dwi.
Pagi hari di basecamp kami semua menyantap sarapan nasi goreng plus telor ceplok yang sudah disiapkan oleh keluarga mas Dwi. Sebelum memulai pendakian, kami semua diberikan briefing oleh mas Dwi terkait jalur pendakian yang akan dilalui. Jalur pendakian terdiri dari 3 POS dan 3 Sabana, target awal adalah POS 3 dimana nantinya kita semua akan bermalam sebelum summit attack di pagi hari. Selain trek yang harus dilalui, mas Dwi juga menjelaskan bahwa sumber air dapat ditemui sebelum POS 3 dan kita semua harus mengisi persediaan air untuk 1 hari ke depan.
Trek Ekstrim tanpa bonus hingga POS 3 pada pendakian Merbabu via Suwanting
Semua informasi tentang pendakian |
Rencana pendakian kami |
Pendakian dimulai jam 7.30 pagi, hal pertama yang harus dituju adalah pintu rimba dengan ketinggian 1,520 mdpl yang bisa dicapai dalam waktu kurang lebih 10-15 menit dari basecamp kami, namun untuk menghemat tenaga, kami lebih memilih naik ojek yang hanya butuh waktu kurang lebih 3-5 menit saja. Selanjutnya kami semua menuju POS 1 Lembah Lempong di ketinggian 1,560 mdpl yang ternyata hanya butuh waktu 5 menit dari pintu rimba, kami langsung lewati saja karena tenaga masih fresh. Vegetasi dari POS 1 menuju ke POS 2 masih berupa rumput-rumput dan pohon pinus yang belum terlalu rapat, trek sudah mulai menanjak walaupun belum terlalu terjal, sisi kanan dan kiri bergantian berupa lembah dan lereng gunung. Kebetulan saat itu cuaca sangat carah sehingga di kejauhan Gunung Merapi yang menjulang dengan gagah sudah terlihat di jalur ini. Sebelum mencapai POS 2 kita melewati beberapa POS bayangan yaitu Lembah Gosong, Lembah Cemoro, Lembah Ngrijan dan Lembah Mito. Baru setelah melewati Lembah Mito ini trek perjalanan sudah mulai extrim, beberapa kali kami temui trek terjal 25 - 35 derajat yang dipasangi tali tambang untuk membantu para pendaki melintas trek tersebut. Akhirnya kami berhasil mencapai POS 2 di ketinggian 2,186 mdpl pada pukul 10.45 pagi.
Pemandangan memukai dari POS 1 menuju POS 2 |
Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan Gunung Merapi |
Berfoto di POS bayangan Lembah Cemoro |
Puncak Gunung Merapi terlihat sangat dekat dari sini |
Di POS 2 ini kami berhenti cukup lama, kurang kebih 30 menit untuk melepas lelah sekaligus mengisi perut dengan nasi bungkus yang sudah disiapkan oleh mas Joko dan team. POS 2 menuju POS 3 adalah trek paling berat yang kami lalui karena melalu jalanan terjal dan licin bercampur lumpur, apalagi malam sebelumnya hujan hingga pagi hari. Trek-trek sempit dan terjal yang dipasangi tali tambang beberapa kali kita temui. Di jalur tersebut jika berpas-pasan dengan pendaki yang akan turun, maka salah satu harus berhenti dulu karena tidak bisa dilalui secara bersamaan.
jalur pendakian Merbabu via Suwanting adalah jalur extrim tanpa bonus, namun tidak sepenuhnya benar karena sepanjang perjalanan kami selalu mendapatkan bonus berupa pemandangan yang indah.
Vegetasi hutan juga sudah mulai rapat-rapat, banyak sekali semak belukar yang kadang-kadang menutupi jalur trek. Trek jalur ini benar-benar sangat menguras tenaga dan pikiran, dalam pikiran kami hampir saja meragukan kemampuan kami bisa mencapai puncak. Namun kami semua sepakat untuk tetap semangat menuju puncak. Kami benar-benar sudah membuktikan bahwa jalur pendakian Merbabu via Suwanting ini adalah jalur extrim tanpa bonus, namun tidak sepenuhnya benar karena sepanjang perjalanan kami selalu mendapatkan bonus berupa pemandangan yang indah.
Bermalam di POS 3 dan Persiapan Summit Attack
Perjalanan ke POS 3 cukup melelahkan dan hampir saja menjatuhkan mental kita untuk bisa sampai di POS 3. Setiap kali bertemu dengan pendaki arah turun, kami selalu bertanya "apakah POS 3 sudah mau sampai mas?", dan jawabannya selalu "POS 3 udah di depan mas, dikit lagi sampai kok". Namun kok tidak sampai-sampai ya. Hingga akhirnya kita berkesimpulan para pendaki yang mengatakan POS 3 tinggal sedikit lagi semuanya adalah "hoax" penyemangat pendaki yang naik hahahahaha. Mendekati POS 3, ada POS air yang menjadi tumpuan para pendaki untuk mengisi stock air. Di sana para pendaki antri mengisi air dari sebuat sumber air yang hanya berupa pipa paralon kecil. Akhirnya pada pukul 4 sore sampai juga kami di POS 3 yang artinya durasi pendakian dari POS 2 menuju POS 3 kurang lebih 3 - 4jam.
"apakah POS 3 sudah mau sampai mas?", dan jawabannya selalu "POS 3 udah di depan mas, dikit lagi sampai kok". Namun kok tidak sampai-sampai ya. Hingga akhirnya kita berkesimpulan para pendaki yang mengatakan POS 3 tinggal sedikit lagi semuanya adalah "hoax" penyemangat pendaki yang naik hahahahaha
Di POS 3, hujan mulai turun, di sini kami membangun tenda karena akan menjadi tempat bermalam kami untuk beristirahat sebelum summit attack yang kami rencanakan setelah sholat shubuh besok. Malamnya tidak banyak yang dapat kami lakukan, hanya makan lalu masing-masing masuk ke tenda untuk beristirahat. Bintang malam dan Milky Way pun tidak sempat kami abadikan karena cuaca kurang mendukung, hujan turun hingga jam 1 dini hari.
Suasana di POS 3 dipenuhi oleh warna warni tenda pendaki |
Paginya kami bangun pagi-pagi sekali, masih dalam kondisi gelap dan dingin, kami semua sarapan untuk mengisi tenaga persiapan menuju ke puncak. Summit attack kita lakukan setelah Sholat Subuh. Kondisi trek ke puncak sangat berbeda dengan trek sebelumnya, walaupun sama-sama menanjak, trek ke puncak tidak lagi melintas lebatnya hutan belantara namun lebih didominasi oleh sabana luas yang berisi rerumputan, pepohonan Edelweis dan Cantigi. Beberapa pepohonan Cantigi dalam kondisi mengering tersisa hanya batang tua tanpa daun membuat suasana semakin dramatis, apalagi di pagi hari ketika langit masih berwarna oranye. Pemandangan saat itu benar-benar pemandangan yang sangat-sangat cantik dan dramatis.
Pagi hari menuju puncak gunung |
Puncak Suwanting, Puncak Triangulasi dan Puncak Kenteng Songo
Setelah melewati Sabana 1, Sabana 2 dan Sabana 3, tepat pukul 6.00 pagi akhirnya kami sampai di Puncak Suwanting di ketinggian 3,042 mdpl. Di puncak ini kami tidak berlama-lama, kami masih ingin mencapai puncak lainnya yaitu Puncak Triangulasi dan Puncak Kenteng Songo. Perjalanan dari Puncak Suwanting ke Puncak lainnya masih tetap didominasi dengan sabana yang sangat luas dengan panorama yang sangat menakjubkan yang tidak akan dapat ditemui di tempat lain. Di sekitar puncak Merbabu juga terlihat gunung-gunung lainnya seperti Gunung Merapi, Gunung Prau, Gunung Andong, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, bahkan di kejauhan terlihat tipis-tipis puncak gunung Lawu yang sangat indah. Tidak sampai 30 menit, sampailah kami di Puncak tertinggi Gunung Merbabu yaitu Puncak Triangulasi dengan ketinggian 3,142 mdpl. Kami mengucap syukur karena berhasil juga mencapai puncak tertinggi gunung Merbabu via jalur Suwanting. Puncak ini hanya berupa area datar yang salah satu bagiannya terdapat tugu puncak. Dari atas sini terlihat sangat jelas gunung Merapi yang ada di sebelahnya.
Panorama dramatis sepanjang perjalanan menuju puncak |
Seperti inilah treking menuju ke puncak, berjalan melalui punggungan gunung |
Puas berfoto-foto, kami melanjutkan ke puncak berikutnya yaitu Puncak Kenteng Songo berketinggian 3,120 mdpl. Puncak ini hanya berjarak 5 menit dari Puncak Triangulasi. Di puncak ini, terdapat artefak kuno berupa batu berbentuk lumpang atau kenteng dalam bahasa Jawa. Hal tersebut yang menyebabkan puncak tersebut dinamakan Kenteng Songo atau Kenteng Sembilan. Kalau saya sendiri menghitung jumlahnya, hanya terlihat 5 kenteng saja, konon katanya hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihat 4 kenteng sisanya. Di puncak-puncak Merbabu ini kami banyak bertemu dengan para pendaki lain yang mendaki dari jalur yang berbeda, gunung Merbabu memang memiliki setidaknya 5 jalur pendakian yaitu Selo, Suwanting, Wekas, Chuntel dan Thekelan. Namun semuanya biasanya bertujuan yang sama yaitu mencapai puncak Kenteng Songo dan Triangulasi sehingga kedua puncak tersebut biasanya menjadi pertemuan para pendaki.
Pemandangan sepanjang perjalanan ke puncak |
Gunung-gunung di sekitar Merbabu terlihat sangat indah |
Punggungan puncak Gunung Merbabu yang biasa disebut Punggung Sapi |
Pak Win dan Mba Widya di puncak Merbabu |
Team lengkap di puncak Kenteng Songo |
Setelah menikmati mie instant dan puas berfoto-foto di puncak gunung, jam 8.30 pagi kami putuskan untuk turun dari puncak dan kembali ke tenda kami di POS 3. Perjalanan turun cukup cepat, hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit saja sudah sampai di POS 3. Jam 10.30 kami semua bersiap untuk perjalanan turun kembali ke basecamp. Perjalanan turun umumnya hanya memakan waktu kurang lebih 4.5 jam saja, namun saat perjalanan turun kelompok kami terpecah menjadi beberapa kelompok, ada yang tiba di basecamp jam 3.30, jam 4 dan jam 5 sore. Salah seorang rekan kami ada yang baru sampai malam hari karena kakinya cedera pada saat turun.
Demikian perjalanan kami dalam pendakian Gunung Merbabu. Terimakasih rekan-rekan seperjuangan kelompok Gunung Kambing :D, Pak Win, Mba Widya, Pak Mico, Pak Usman, Pak Tito, Rayyan (peserta termuda), Garin (ini juga masih muda), Bu Ramadhani dan Mas Achip. Juga terima kasih kepada Mas Dwi, Mas Joko dan team lainnya (yang saya lupa namanya). Kapan-kapan kita naik gunung lagi dan gak kapok hehehehehe.
Untuk pembaca yang membutuhkan guide, porter dan rumah singgah pendakian Merbabu via Suwanting bisa menghubungi Mas Dwi di nomor Whatsapp 0858-7018-5474
Subhanallah, takjub saya melihat background pemandangannya. indah sekali pak
ReplyDeleteBener mas.....di puncak gunung kita bener2 bisa merasakan dan mensyukuri ciptaanNya
DeleteBaca ceritanya serasa ikutan mendaki Gunung Merbabu mas. Keren ceritanya. Saya sudah lama gak daki gunung lg. Salam kenal mas Moko
ReplyDeleteMakasih udah berkunjung Mas......salam kenal juga ya Mas Perdana
DeleteWahhh... indah betul pemandangan dari atas sana. Pergi dengan rombongan memang seru, ya. Dulu teman2 saya di Isat yg bergabung di klub pendaki gunung juga suka mendaki ramai2. Salam sehat dan sukses selalu.
ReplyDeleteBenar Mba.......sangat Indah Mba, gak akan temui di tempat lain. Salam kenal Mba Zizy
DeletePernah sekali naik Merbabu, itupun lewat Selo.
ReplyDeleteKata kawan, lewat Suwanting ini lebih cepat tapi butuh tenaga lebih ekstra. Pemandangannya yan pasti tetap indah.
Iya benar sekali mas, lebih cepat, lebih extrim tapi bonusnya pemandangan
DeleteSungguh luar biasa
ReplyDeleteSaya kagum dengan semangatnya
Wah ternyata kita seusai hehe
Tapi saya atas atasan kalau berolahraga
Hahahaha, seumuran kita mas..........
Deletekok salah ketik, aras arasan, ayo channel youtubenya digas, sudah ya subrek
DeleteHahahahaha......siap mas
DeleteKalau lihat foto-fotonya sih, kelihatan pemandangannya keren banget! Tapi pas baca narasinya, saya yakin saya nggak kuat kalau harus mendaki ke atas. Itu waktu menginap di POS 3 pasti dingin banget. Tapi keren, walau sudah berumur tetap sehat dan bisa trekking naik gunung.
ReplyDeleteAwalnya kita2 juga ngerasa gak bakalan nyampe ke puncak Mba, tapi setelah dijalani nyatanya kita mampu Mba
DeleteMeski melelahkan jika sudah sampai puncaknya mendaki Gunung sebenarnya bisa jadi satu tantangan dan hal yang menarik yaa mas.😊😊
ReplyDeleteBenar sekali mas, di puncak banyak sekali yg tdk bisa kita temukan di tempat lain
Deletetak dinafikan sangattttttttt cantik permandanganya atas gunung... speechless dibuatnya. satu kepuasan yang tak mampu dicoret dengan kata-kata.
ReplyDeletebtw, kalau foreigner nak daki gunung ni, ada bayaran dikenakan?
Ada izjin pendakian (SIMAKSI) yang harus diurus Mba, kalo gak salah utk WNA biayanya 150rb/hari (weekdays) atau 225rb/hari (weekend)
Deletedengan fisik saya yang sekarang, kayaknya saya sudah ngga sanggup buat naik gunung lagi
ReplyDeleteSemangat mas......kalo yakin pasti bisa mas
DeleteMasha Allah view semuanya cantik-cantik
ReplyDeleteIya Mba, pemandangan menakjubkan membuat kita lebih bersyukur
DeleteSaluuuut, pada kuat sampai ke puncaknya mas 👍. Tapi memang kalo di mindset udah diniatin pasti kuat, ya akhirnya bisa sampai ke puncak.
ReplyDeleteSelalu suka melihat sunrise dari gunung. Auranya tuh kayak bikin merinding, perubahan warna langit sampe menjadi terang ❤️.
Saya belum pernah mendaki gunung mas, palingan cuma bukit2 yang saya ragu bisa disebut gunung Krn memang ga tinggi 😅. Yg trakhir naik bukit sikunir di Dieng 🤣. Ngeliat sunrisenya itu. Pengen juga sesekali coba naik gunung, tapi mungkin rute pemula dulu lah, 😁
Kalo udah sampe ke puncak gunung banyak pemandangan menakjubkan yang gak akan kita temui di tempat biasa mba, banyak sekali fenomena alam seperti sunset, sunrise, gugusan bintang di malam hari, negeri di atas awan dan banyak lagi Mba. Sekali2 cobain deh mba....pasti ketagihan
Delete